Kamis, 19 Juni 2014

Tanda - Tanda Alam dalam Pramuka


assalamualaikum wr. wb. salam sejahtera sobat Berbagi,,,,,
kali ini saya akan share kpda sobat2 tentang Tanda - tanda Alam dalam Pramuka....
biar nggak banyak cakap langsung saja sobat- sobat pantau dibawah ini
Pramuka adalah juga pecinta alam lalu saking cintanya maka  harus mengenal tentang alam dan tanda-tandanya. Berikut pengenalan alam sekitar kita yang sering kita temui saat berkemah : 
  1. Kabut
Kabut tipis dan rata membumbung tinggi ke atas berarti kurangnya uap air di udara dan brtanda cuaca akan selalu baik.
Cuaca terang benderang pada pagi hari bertanda buruk pada hari itu, apabila kemarin ada hujan.
Langit yang ditutupi awan kemudian meulai terang pada pagi hari bertanda cuaca baik.
Apabila ada kabut di atas lembah pada pagi hari bertanda cuaca baik, sedang di gunung akan turun hujan.
2. Awan
Apabila langit diliputi awan yang tebal dan gelap berarti akan turun hujan yang deras.
3. Matahari
Apabila matahari terbit berwarna merah dan diliputi garis-garis awan yang kehitaman bertanda ada hujan, apabila berwarna bersih dan terang dan bertanda hari baik.
Matahari terbit dengan warna kemerah-merahan yang terang bertanda cuaca baik, apabila warna merah dicampuri garis kekuning-kuningan bertanda hujan lebat.
Apabila matahari terbenam dengan warna kekuning-kuningan/orange bertanda ada hujan, apabila dengan warna merah muda atau kekuning-kuningan bertanda baik, warna merah pada matahari terbenam berarti akan ada angin yang cukup kencang.
4. Bintang
Apabila pada malam hari bintang di langit kelihatan terang sekali, maka pada malam itu cuaca akan baik, sedangkan bila nampak suram bertanda cuaca kurang baik/buruk.
5. Bulan
Apabila terlihat terang dan bersinar berarti cuaca baik, tapi bila bulan diliputi awan yang gelap berarti hujan akan turun.
Apabila ada lingkaran putih (halo) yang melingkari bulan berarti tidak ada ketentuan cuaca pada hari itu.


6. Binatang
Apabila kita perhatikan naluri binatang dengan seksama, yang ada hubungannya dengan cuaca maka, kita akan tercengang atas keganjilan-keganjilan yang dilakukannya dengan cara mereka, antara lain :
             1. Laba-laba
Akan bersembunyi bila cuaca akan buruk, dan rajin mengerjakan sarangnya apabila cuaca baik.
2. Semut
Akan tetap di dalam lubangnya bila cuaca akan buruk, apabila mereka keluar dan berjalan mondar-mandir bertanda cuaca akan tetap baik.
3. Lebah
Dengan melihat sarangnya; pada cuaca baik, mereka berterbangan jauh dari sarangnya/peternakan.
4. Lalat
Apabila akan turun hujan mereka akan hinggap di tembok/dinding, sedangkan pada cuaca baik mereka akan berterbangan kian kemari.
5. Nyamuk
Apabila di pagi hari mereka mengganggu atau menggigit kita, maka berarti akan turun hujan.
Apabila pada matahari terbenam berterbangan kian kemari dan terbang berduyun-duyun bertanda cuaca baik.
Apabila selalu terbang di tempat yang gelap/ di dalam bayang/bayang bertanda cuaca akan buruk/datang hujan.
6. Cacing
Apabila pada malam hari mereka menimbun tanah berbutir-butir di kebun, berarti akan turun hujan.
7. Lintah
Kita dapat membuat barometer dari seekor lintah yang ditaruh dalam gelas berisi air, yaitu : Bila lintah melekat pada gelas di atas permukaan air, maka bertanda cuaca akan tetap membaik ; Apabila ia berdiam di dasar gelas bertanda cuaca buruk dalam waktu yang lama ; apabila akan datangtopan maka ia akan melekat erat-erat di gelas sedang ekornya digerak-gerakkan sekeras-kerasnya.

8. Siput
Pada cuaca yang baik akan merayap dengan tenang, sedang pada cuaca buruk akan merayap dengan cepat.
9. Ikan
Akan melompat-lompat di atas air bila cuaca akan buruk.
9. Katak
Pada cuaca buruk akan berdiam dalam air dan pada cuaca baik mereka akan duduk di tepi kolam.
Apabila pada malam hari cuacanya baik di musim kemarau mereka tidak menyanyi maka cuaca buruk akan datang.
10. Ayam
Pada waktu hujan ayam akan berteduh. Bila hujan tidak akan lama mereka akan tetap berjalan-jalan dan membiarkan dirinya kehujanan. Apabila mereka selalu mencakar-cakar tanah berarti hujan akan datang.
11. Bebek / Angsa
Mereka nampak tidak senang dan selalu menggigit bulunya (memberi lemak), apabila cuaca akan buruk.
12. Burung Kepinis
Pada waktu cuaca baik mereka akan terbang tinggi sekali karena serangga tinggi pula terbangnya.
Apabila terbang rendah sekali bertanda cuaca buruk akan hujan.
Bila cuaca buruk di pagi hari maka mereka tidak akan keluar dari sarangnya.
13. Kambing
Apabila akan turun hujan bau badannya dapat tercium dari jarak yang lebih jauh daripada ketika cuaca baik.
14. Kelelawar
Mereka akan terbang mulai senja hari bila cuaca akan baik pada malam hari itu.
Bila mereka berdiam di dalam goa maka cuaca akan buruk.
15. Asap
Bila asap naik dengan tegak lurus dan tinggi sekali maka cuaca pada hari itu akan tetap baik. Apabila asap naiknya mendatar dengan tanah/rendah maka cuaca akan buruk.Burung
16. Gagak
Apabila hujan akan turun mereka akan terbang berputar-putar di atas sarangnya.

            Tanda-tanda lain apabila cuaca akan buruk :
1.       Kucing akan duduk membelakangi api sambil mengusap-usap kepalanya dengan kaki depannya yang dibasahi dengan mulutnya.
2.       Bila anjing menggali tanah atau menyembunyikan tulangnya.
3.       Burung-burung membasahi bulunya dengan paruhnya.
4.       Bila bau bunga tercium semerbak sekali.
5.       Burung-burung laut terbang menuju daratan.
Dengan mengenali tanda tanda alam dan sekitar kita, akan terasa jadi lebih dekat dan nyaman sekaligus menikmati alam ciptaan Tuhan . Semoga bermanfaat di suatu hari nanti. 

Rabu, 18 Juni 2014

tips renang gaya katak

hey sobat kali ini saya akan memberikan tips- tips renang gaya katak
langsung saja di pantau

Latihan Renang Gaya Katak

Gaya katak adalah gaya renang yang menggunakan mekanisme katak sebagai acuannya / contohnya, artinya gaya katak meniru gerakan katak yang berenang. Posisi badan Teknik posisi badan :
a. Posisi badan dalam renang gaya katak harus sejajar dan sedatar mungkin
b. Sikap kepala normal dan pandangan agak lurus ke depan

Bentuk-bentuk latihan posisi badan :
a. Latihan terapung telungkup
b. Latihan meluncur dengan / tanpa pelampung

Latihan gerakan kaki Sikap permulaan :
a. Kedua lantai bertumpu pada lantai kolam tegak lurus dengan tubuh dan jari-jari tangan menunjuk ke depan . Kedua tangan berpegangan pada tepi kolam
b. Tubuh dan kedua kaki lurus ke belakang rata dengan permukaan air (rata-rata air)
c. Kepala atau muka menghadap ke depan

Gerakannya : Gerakan kaki digerakan ke samping secara bersamaan secara terus menerus, sehingga air terdorong ke belakang.

Latihan Gerakan Lengan Teknik gerakan lengan :
Sikap permulaan :
a. Berdiri kangkang, badan dibungkukkan ke depan hingga rata dengan permukaan air, kedua lengan menjulur ke depan
b. Kepala atau muka menghadap ke depan di atas permukaan air

Gerakannya :
Kedua lengan dengan jari-jari rapat digerakan ke samping secara bersamaan dan secara terus-menerus,sehingga air terdorong ke belakang

Latihan Pernafasan Sikap permulaan :
Berdiri kangkang di kolam dangkal dengan membukuk tubuh rata dengan air, muka menghadap ke arah depan diantara kedua lengan yang diuruskan ke depan

Gerakannya :
a. Pernafasan dilakukan dengan menghadapkan muka ke arah depan, sehingga mulut berada di atas permukaan air untuk mengambil udara
b. Latihan pernafasan dilakukan dengan gerakan lengan
c. Pengambilan udara dilakukan dengan mulut untuk menhindari masuknya air ke hidung dan untuk mempersingkat waktu penambilan udara.

Sabtu, 10 Mei 2014

Cerita pahlawan

cerita soedirman

SOEDIRMAN, salah seorang pahlawan nasional dan simbol Tentara Nasional Indonesia (TNI) bukanlah nama yang asing di telinga.
Ia mendapat tempat istimewa dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia karena menjabat panglima angkatan bersenjata pada awal berdirinya republik ini.
Namun, pengetahuan tentang Soedirman yang diberikan bangku sekolah tidak pernah cukup mendalam.
Sementara ketersediaan literatur yang membahas Soedirman secara khusus jumlahnya tidak memadai.

Dalam kurun waktu 25 tahun pertama pascakemerdekaan, tercatat hanya ada satu buku saja yang menempatkan Soedirman sebagai pokok bahasan, yaitu "Djenderal Soedirman Pahlawan Kemerdekaan" (1963) yang ditulis Solichin Salam. Selebihnya pembahasan tentang Soedirman selalu hanya merupakan pelengkap bagi kerangka bahasan lain seperti tentang gerakan Pemuda Muhammadiyah, kepanduan Hizbul Wathan, perang revolusi kemerdekaan, tentara, politik militer, hingga tentang Tan Malaka.
 Baru sekitar tahun 1980-an mulai bermunculan buku yang membahas Soedirman secara lebih spesifik, seperti "Perjalanan Bersahaja Jenderal Sudirman" karya SA Soekanto (1981), "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia, Kisah Seorang Pengawal" (1992) yang ditulis Tjokropranolo, mantan Gubernur DKI Tahun 1977-1982, atau "Panglima Besar Jenderal Sudirman Kader Muhammadiyah" (2000) karya Sardiman AM. Meskipun cukup banyak kuantitasnya, namun sebagian besar buku yang hadir tersebut cenderung mengaitkan tokoh ini dengan dunia ketentaraan dan lebih berupa memoar atau biografi Soedirman sebagai seorang tokoh.
Sedikit saja buku seperti "Genesis of Power General Sudirman and the Indonesian Military in Politics 1945-49" (1992) yang ditulis Salim Said, yang mengupas sikap dan pandangan politik Soedirman secara lebih mendalam, baik menyangkut penentangan Soedirman terhadap langkah politik pemerintah yang menjalin kerja sama dengan Belanda, tentang langkah-langkah politis yang diambil Soedirman dalam rangka mengedepankan sikap politiknya, dan keterkaitan Soedirman dengan Peristiwa 3 Juli 1946.
Umumnya jika sampai pada pembahasan tentang hal tersebut, penulis-penulis cenderung "melindungi" keterlibatan Soedirman dalam peristiwa yang diyakini sebagai upaya coup d' ètat dan "membersihkan" kecenderungan ideologi kiri Soedirman dengan berbagai alasan.

Fakta sejarah tersebut memang rawan dibicarakan ketika rezim yang berkuasa bersandar pada kekuatan militer yang mengangkat Soedirman sebagai panglima besarnya.
 Tak ayal lagi, ketika buku yang menganalisis Peristiwa 3 Juli 1946 terbit, pemerintah Orde Baru langsung membelenggu peredarannya lewat daftar cekal Kejaksaan Agung (Kejagung).
"Tingkah Laku Politik Panglima Besar Soedirman", buku yang mengangkat Peristiwa 3 Juli 1946 sebagai fokus bahasan, memaparkan pergolakan internal para elite politik Indonesia pada awal kemerdekaan dengan titik berat telaah pada pandangan dan sikap politik yang diambil Soedirman selaku panglima besar dalam menanggapi berbagai situasi politik yang berkembang saat itu.

Panglima Besar Soedirman" merupakan kumpulan beberapa tulisan, di antaranya tulisan dua pelaku sejarah bangsa ini yaitu Abdul Haris Nasution dari kalangan militer dan Roeslan Abdulgani yang mewakili unsur sipil yang turut berjuang dalam perang kemerdekaan.

Selain itu, termaktub pula analisis terhadap Peristiwa 3 Juli 1946 dari SI Poeradisastra, sejarawan dan Guru Besar UI, dan rangkuman dari Sides Sudyarto DS, pemenang sayembara puisi Prasasti Ancol tahun 1977 dan mantan wartawan yang pernah bergabung di Kompas tahun 1974-1981.

Buku yang pertama kali dicetak sebanyak 5.000 eksemplar dan diluncurkan sekitar awal tahun 1984, ini tamat riwayat peredarannya di masyarakat kurang lebih enam bulan kemudian, tepatnya tanggal 28 Agustus 1984, setelah diharamkan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) lewat fatwa No 167/JA/8/1984.
Menurut Sides, editor buku itu yang sempat diinterogasi Kejagung sebanyak sembilan kali, tidak ada alasan formal yang menjadi landasan pencekalan buku yang bermuatan fakta sejarah tersebut. Dalam "Tingkah Laku Politik Panglima Besar Soedirman", Nasution menuangkan pengalaman pribadi sebagai prajurit di lapangan yang langsung menerima perintah Soedirman.

Sebagai seorang bawahan, ia lebih banyak menyoroti kepemimpinan Soedirman sebagai panglima besar dalam menyikapi berbagai kondisi politik bangsa dan menghindari pembahasan tentang Peristiwa 3 Juli 1946.

Meskipun begitu, ia mengakui bahwa dirinya berseberangan pendapat dengan Soedirman dalam persoalan "Reorganisasi-Rasionalisasi" (Re-Ra) tentara yang merupakan imbas dari Perjanjian Renville tahun 1948.

Dalam mengulas Soedirman, Abdulgani menempatkan panglima besar tersebut dalam konteks pertikaian ideologi yang mendominasi kala itu. Meskipun dalam Peristiwa 3 Juli 1946 di Yogyakarta Soedirman dituduh membantu upaya coup d' ètat terhadap duet Soekarno-Hatta, dengan membebaskan orang-orang dari kelompok Marxisme-Leninisme independen (Tan Malaka) yang ditahan di Penjara Wirogunan, namun menurut Abdulgani tekad untuk mempertahankan kemerdekaan dan loyalitas terhadap negara tetap dipegang teguh Soedirman yang secara historis masuk dalam kelompok Islamisme, namun bukan aliran yang fanatik dan intoleran.Walaupun sempat berseberangan pandangan politik dengan pemerintah yang saat itu dikuasai kelompok Marxisme-Liberalisme moderat (Amir Sjarifuddin dan Sjahrir), Soedirman tidak memanfaatkan posisi panglima besar yang strategis untuk menggulingkan pemerintah resmi Soekarno-Hatta.
Poeradisastra sebagai seorang sejarawan berupaya obyektif dalam melihat fakta Peristiwa 3 Juli 1946.

Analisis terhadap rangkaian kejadian, proses sidang di Mahkamah Agung, kesaksian Soedirman, serta pernyataan dan pembelaan dari para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu, seperti Iwa Koesoema Soemantri, Ahmad Soebardjo, dan M Yamin dari kubu Persatuan Perjuangan yang berafiliasi pada Tan Malaka, melahirkan satu kesimpulan bahwa telah terjadi tawar-menawar antara Soedirman dengan para anggota Kabinet Sjahrir yang secara coute que coute membentuk pra-anggapan peristiwa tersebut sebagai suatu coup d' ètat. Meskipun Poeradisastra tidak mengingkari keterlibatan Soedirman dalam Peristiwa 3 Juli 1946, namun ia yakin Soedirman melakukan negosiasi tersebut untuk menyelamatkan keutuhan komando tentara saat itu. Sejarah membuktikan, Soedirman tetap menjaga manunggalnya tentara dengan pemerintah. Ia mengorbankan hati nuraninya yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah untuk berkompromi dengan Belanda demi persatuan negara dan membayar beban psikologisnya dengan kesehatan yang kian hari semakin memburuk.

 Upaya meminta Soekarno mengubah susunan Kabinet Sjahrir dan menerima minimum program Persatuan Perjuangan 7 pasal yang dikenal dengan Peristiwa 3 Juli 1946, memang tidak dibahas secara mendalam dalam wacana sejarah Indonesia selama ini. Padahal, peristiwa tersebut jelas melibatkan Soedirman yang disinyalir mendukung Persatuan Perjuangan yang berada di bawah komando Tan Malaka. Kedekatan dan kesamaan visi Soedirman dengan Tan Malaka yang oleh Orde Baru dituding sebagai komunis mengindikasikan ideologi yang dianut Soedirman.Hal inilah yang coba ditutupi rezim Orde Baru yang berdiri di atas kekuatan militer. Bagaimana publik akan bereaksi jika menyadari fakta bahwa Panglima Besar TNI adalah seorang sosialis! (Insanul Akmal)

Rabu, 31 Juli 2013

cerita 3 pendekar

3 Pendekar

 Sumber : Pendidikan Itu Penting > adik Saya lahir tahun 78 dan dua tahun kemudian ibu saya meninggal karena suatu penyakit.

Apalah yang dimiliki seorang anak umur 2 tahun ketika ditinggal ibunya kecuali tangis ketidaktahuan.
Ketidaktahuan karena belum bisa berpikir tetapi telah diberi Tuhan perasaan sepi dan kehilangan.
Di sebelah utara rumah saya, tinggal seorang pemuda idiot. Dia kira-kira berumur 12 tahun ketika ibu saya meninggal.
Selain itu, di sebelahnya tinggal pula seorang pemuda lain berumur 20-an tahun yang belum pernah bersekolah,
tidak bisa membaca dan bekerja sebagai kusir andong (kereta/bendi).
Sementara di sebelah barat rumah saya, tinggal pemuda yang juga berumur 20-an tahun, terbelakang, bodoh dan harus keluar dari kelas I SD
karena tak bisa mengikuti pelajaran sedikitpun.
Sebagai anak berumur 2 tahun, tentu saja saya belum begitu mengenal mereka.
Tetapi seiring waktu, saya mulai tahu bahwa merekalah sahabat terbaik dalam hidup saya.
Akal saya yang semakin terasah ketika berumur 5 tahun dan ingatan yang semakin kuat mematri kenangan saya dengan 3 orang hebat
dalam hidup saya tersebut. Merekalah yang saya sebut sebagai 3 pendekar dalam hidup saya.
Tiga orang yang sama-sama terbelakang, tidak bisa membaca dan sering dianggap "agak kurang" (bahasa
halus untuk sedikit gila) oleh tetangga-tetangga,
tenyata merupakan penyelamat hidup saya.
Pemuda pertama, anak belasan tahun yang saya tahu
dipanggil Adek, idiot dan selalu mengeluarkan air
liur dari mulutnya. Karena tak pernah memiliki
teman bermain, saya lah yang selalu dipandangnya
dari jendela rumah. Ketika semua orang mengusir
dan anak-anak lain takut untuk mendekat, dia
mencoba mengenal saya. Dialah yang kemudian
merawat saya, karena ketiadaan ibu dan ayah yang
  terlalu jarang di rumah. Anak idiot itulah yang
    mengajari saya bermain, membuatkan wayang suket,
  mencari kodok di sawah, berendam di kali atau
menonton karnaval 17 Agustus yang tiap tahun
  diadakan di kota kecamatan.
  Pemuda dua puluhan tahun yang menjadi kusir andong
    tadi bernama Gandul. Keterbelakangannya justru
       menjadi sumber kebaikan hati. Setiap hari, begitu
  pulang dari bekerja, dia selalu menyisihkan uang
    Rp 50-100 di bawah jok andongnya. Uang itu khusus
  disediakan untuk saya, anak SD yang tak pernah
  lagi menerima uang saku dari ayahnya. Selama
bertahun-tahun, Gandul melakukan itu karena tahu
   bahwa saya tak pernah bisa jajan jika dia lupa menyisihkan. Dia juga yang mengajak saya
 jalan-jalan, menjadi kernet andong atau bersuka
       dengan kudanya.
   Pemuda ketiga bernama Darsio, karena tak juga bisa
       melakukan apa yang dilakukan kawan-kawannya, dia
    dikeluarkan dari sekolah. Mulai itulah dia
          mendekati saya, mengajak saya bermain di kebunnya
          yang luas. Mencarikan buah apapun yang saya
         inginkan. Jika saya lagi kepingin pisang, dia akan
       mencarinya. Begitu pula ketika saya minta kelapa
  muda di satu siang yang panas, dia akan mengajak
    saya ke kebun dan memetikkan beberapa. Darsio
      mengajari saya berenang, kadang berpetualang
          seharian ke tempat-tempat yang jauh, berjalan kaki
      dan melatih keberanian saya. Karena sebelumnya
saya memang terlalu penakut dan mudah menangis.
  Agar tubuh saya kuat, dia juga memberi segelas
  susu kedelai dari pabrik tahu milik orang tuanya
   hampir setiap hari.
      Ketiga orang itu, 3 pendekar yang mengisi hidup
      masa kecil saya. Menemani dengan tulus sehingga
  kini saya bisa berpikir bahwa Tuhan memang
  mengambil ibu saya, tetapi Dia mengirimkan 3 orang
      hebat dalam hidup saya. Ketiganya terbelakang,
      tidak sekolah, tak bisa membaca, bahkan dua
       diantaranya sampai kini tak punya istri. Tetapi
        merekalah yang mengajari saya banyak hal, menemani
             tahun-tahun sepi, membantu saya siap untuk
mandiri.
      Kini saya 24 tahun dan akan segera menyelesaikan
    kuliah. Karena pengalaman hidup itulah saya bisa
      bertahan hingga sekarang, merantau, mandiri, dan
          memiliki pandangan positif terhadap makluk ciptaan
        Tuhan seperti apapun adanya. Untunglah saya
       dibesarkan oleh 3 orang idiot dan bukannya 3 orang
         profesor, 3 orang kaya, atau 3 bisnisman. Sehingga
       saya bisa memaknai hubungan antar manusia, bukan
        karena kapasitas intelektual, uang atau
    kesuksesan. Bagi saya, ketulusan untuk memberi dan
     sikap menjadi manusia seutuhnya itu lebih penting.
        Berkah dari 3 pendekar hebat, dan karena itulah
       saya selalu beranggapan, seperti apapun
   kondisinya, hidup kita diciptakan Tuhan sangat
       indah. Kalau mata kita memandangnya dengan indah
          pula.